Dan ketakutan itu datang lagi. Bukan!! Bukan ketakutan macam
saat menonton film film berbau horror atau saat kalian sendirian di kelilingi
orang orang beraura tidak beres tetapi ini lebih kepada ketakutan ‘mengecawakan’
orang orang yang sudah menaruh harapan besar kepada kalian.
Itulah yang menghinggapi saya saat ini,
entah siapa yang salah dan harus mengalah pada akhirnya. Di satu sisi saya
sebagai makhluk hidup mempunyai hak memilih apa yang saya sukaitanpa tekanan
dan paksaan tetapi di satu sisi saya di tuntut tidak egois dan mendengarkan apa
kata mereka , menuruti serta menyenangkan mereka –merujuk pada apa yang di
ajarkan di agama saya-.
Apakah untuk ke sekian kalinya saya harus mengalah? Mengubur impian saya
tanpa pernah menjajalnya barang sedikitpun dan akhirnya terpuruk dalam penyesalan,
hidup monoton pada harapan mereka yang di paksakan pada saya. Atau saya harus
memberontak dari yang mereka harapkan? Berdosa karena sudah melawan dan membuat
mereka sedih, hidup penuh kebahagiaan dengan hati yang riang karena itulah
minat saya, hidup tanpa tekanan berkepanjangan, lebih menggali minat saya dan
menemukan hal baru.
Tapi bukankah dari kecil kita
mendengar istilah ‘rezeki, jodoh, maut ada ditangan Tuhan’ atau ‘hidup kita
sudah ada yang mengatur tinggal usaha dan doa kita saja’ dan disaat saya mulai
memercayai itu mereka seolah mematahkannya dengan "lihat kenyataan sekarang". So apa gunanya pepatah “gantungkan
cita citanmu setinggi langit” saya sudah menargetkat cita cita saya mendarat di
Pluto tapi baru sampai bulan saja mereka mengagalkannya.
Mereka bilang saya
idealis, iya saya idealis dalam hal seperti ini. Karena hakikatnya kita belajar
untuk mengubah sesuatu yang tidak tahu menjadi tahu dan saya ingin mengetahui
banyak hal bukan menjadi mesin uang setelah menyelesaikan rangkaian pendidikan.